BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka membangun manusia Indonesia seluruhnya dan memacu kehidupan bangsa, maka pelaksanaan pembangunan pendidikan mutlak diperlukan, tetapi dalam kenyataannya hal ini perlu dicatat bahwa pengembangan pendidikan atau pelaksanaan pendidikan bukan pekerjaan yang mudah, membutuhkan waktu, tenaga dan biaya, guna tercapai tujuan yang diharapkan.
Kenyatan ini benar-benar dapat dirasakan oleh bangsa Indonesia sehingga dalam Undang-Undang sisdiknas No.20 tahun 2003 tentang sitem pendidikan Nasional yang di dalam pasal 3 tercantum fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagai berikut:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang (beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. (2007:28).
Dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan tersebut, sangat erat kaitannya dengan proses belajar mengajar yang ada di sekolah, di dalamnya jelas terjadi interaksi antara guru dan murid, yang di perlukan adanya motivasi dan metode mengajar guru agar siswa di dalam kegiatan belajar mengajar berjalan lancar dan berprestasi.
Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas belajar.
Menurut Djamarah penggunaan satu metode lebih cendrung menghasilakn kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi anak didik(2010:73). Begitu juga guru yang biasa mengajar dengan metode ceramah saja atau tidak menggunakan metode yang bervariasi. Siswa akan menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus di usahakan yang tepat, efesien dan efektif mungkin.
Melihat realita yang demikian maka peneliti sangat tertarik untuk mengambil judul: “Korelasi Antara Metode Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pelajaran Jawahirul Maknun Kelas IB Ulya Putra Daur Awal Madrasah Diniyyah Al Amiriyyah Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Tegalsari Banyuwangi Tahun Ajaran 2011/2012”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat di peroleh rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain:
1. Sudahkah Guru Menggunakan Metode yamg bervariasi Dalam Mengajar Jawahirul Maknun Kelas I B Ulya Putra Daur Awal Madrasah Diniyyah Alamiriyyah Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Tegalsari Banyuwangi Tahun Ajaran 2011/2012.
2. Bagaimanakah Motivasi Belajar Siswa Dalam Pelajaran Jawahirul Maknun Kelas I B Ulya Putra Daur Awal Madrasah Diniyyah Al Amiriyyah Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Tegalsari Banyuwangi Tahun Ajaran 2011/2012.
3. Adakah korelasi Antara Metode Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pelajaran Jawahirul Maknun Kelas IB Ulya Putra Daur Awal Madrasah Diniyyah Al Amiriyyah Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Tegalsari Banyuwangi Tahun Ajaran 2011/2012.
C. Tujuan Penelitiaan
Adapun tujuan penelitian yang ingin di capai oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Ingin Mengetahui Penggunaan Metode Mengajar Guru Dalam Pelajaran Jawahirul Maknun Kelas I B Ulya Putra Daur Awal Madrasah Diniyyah Alamiriyyah Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Tegalsari Banyuwangi Tahun Ajaran 2011/2012.
2. Ingin Mengetahui Motivasi Belajar Siswa Dalam Pelajaran Jawahirul Maknun Kelas I B Ulya Putra Daur Awal Madrasah Diniyyah Al Amiriyyah Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Tegalsari Banyuwangi Tahun Ajaran 2011/2012.
3. Ingin Mengetahui korelasi Antara Metode Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pelajaran Jawahirul Maknun Kelas IB Ulya Putra Daur Awal Madrasah Diniyyah Al Amiriyyah Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Tegalsari Banyuwangi Tahun Ajaran 2011/2012.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini secara teoritis maupun praktis ialah, sebagai berikut :
1. Teoritis
a. Bagi Peneliti
Penelitiaan ini dapat menambah kajian ilmu pengetahuaan khususnya masalah metode mengajar guru dengan motivasi belajar siswa.
b. Bagi guru
Untuk memperkuat teori bahwa metode mengajar guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menjadi pengalaman praktis dan sekaligus memberikan bekal yang amat berharga bagi penaliti setelah nantinya terjun langsung dalam dunia pendidikan.
b. Bagi Guru
Merupakan antisipasi sekolah atau seorang guru dalam memajukan dan meningkatkan kualitas metode mengajar.
c. Bagi pihak yang diteliti
Dapat dijadikan pengalaman yang sangat berharga sehingga dapat diterapkan dan dikembangkan dalam konteks kehidupan
E. Ruang Lingkup Dan Keterbatsan Penelitiaan
Rung lingkup yang dimaksud dalam penelitiaan ini adalah untuk membatasi permasalahan yang akan diteliti sehingga tidak terjadi pelebaran pembahasan. Adapun ruang lingkupnya sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Diniyyah Al Amiriyyah Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Tegalsari Banyuwangi.
2. Obyek penelitian ini adalah Siswa Kelas I B Ulya Putra Daur Awal Madrasah Diniyyah Al Amiriyyah Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Tegalsari Banyuwangi Tahun Ajaran 2011/2012.
3. Permasalahan yang diteliti adalah Korelasi Antara Metode Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pelajaran Jawahirul Maknun.
F. Definisi Operasional
Untuk memperjelas arti dan maksud yang terkandung dalam judul penelitian tersebut dan supaya tidak terjadi kesalahan atau salah tafsir tentang judul dalm penulisan maka penulis menegaskan istilah-isrilah yang terkandung dalm judul penelitian ini yang terbagi dalam beberapa bagian yaitu:
1. Metode Mengajar Guru
“Metode adalah cara teratur dan sigtimatis untuk pelaksanaan sesuatu, cara kerja” (Dahlan Al Barry, 1994:461).
“Mengajar adalah menanamkan pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam diri anak didik” (mansyur, 1995:101)
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat dijelaskan bahwa “metode mengajar guru ialah cara guru memberikan pelajaran dan cara murid menerima pelajaran pada waktu peristiwa pengajaran berlangsung” (Ahmadi, 1985:152).
2. Motivasi Belajar Siswa
“motivasi adalah dorongan (dengan sokonga moril) alasan, dorongan, tujuan tindakan”. (Al Barry Dahlan, 1994:486).
“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto, 2003:2).
Dari pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa “motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat no-intelektual” (Sardiman, 2006:75).
Berbijak pada penegasan judul sekripsi ini, maka maksud dari pada judul ini adalah suatu penyelidikan atau penelitian ilmiah untuk mengetahui hubungan atau korelasi yang terdapat dalam Metode Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pelajaran Jawahirul Maknun Kelas I B Ulya Putra Daur Awal Madrasah Diniyyah Al Amiriyyah Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Tegalsari Banyuwangi Tahun Ajaran 2011/2012.
Kemudian dari kedua variabel tersebut dicari hubungannya, sehingga diketahui ada tidakny hubungan diantara kedua variabel tersebut, yakni Antara Metode Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pelajaran Jawahirul Maknun Kelas I B Ulya Putra Daur Awal Madrasah Diniyyah Al Amiriyyah Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Tegalsari Banyuwangi Tahun Ajaran 2011/2012.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori Tentang Metode Mengajar
Sebelum membahas macam-macam metode, di sekripsi ini akan jelaskan pengertian metode mengajar yaitu sebagai berikut;.
1. Pengertian
Untuk memperjelas arti dan maksud yang terkandung dalam metode mengajar maka akan dijelaskan pengertian sebagai berikut:
Menurut Mansur Meode adalah suatu cara mengajar, yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pengajaran (1996:29).
Sedangkan menurut Ahmadi “Secara teoritis, pengertian mengajar tidaklah sama dengan pengertian mendidik. Mengajar berarti menyerahkan atau menyampaikan ilmu pengetahuan ataupun keterampilan dan lain sebagainya kepada orang lain”( 1985:39).
Orang lain yang dimaksud dalam pengertian diatas disebut murid atau siswa yang dalam proses belajar agar dapat menerima menguasai dan lebih-lebih mengembangkan bahan pelajaran itu, maka cara-cara mengajar serta cara belajar haruslah setepat-tepatnya dan seefesien serta seefesien mungkin.
“Dalam hal ini menurut mulyasa agar guru berhasil dalam mengajar, guru hendaknya trampil dalam memilih dan menggunakan macam-macam metode belajar mengajar. Tidak ada satupun metode yang paling baik untuk mencapai bermacam- macam tujuan sebagai semua metode ada kebaikan dan ada kelemahannya. Apabila guru dapat memilih dan menggunakannya dengan tepat, yaitu sesuai dengan tujuan, materi, kemampuan siswa, kemampuan guru maupun keadaan waktu serta peralatan yang memadai, dapatlah guru mencapai apa yang diharapkan di dalam proses kegiatan belajar mengajar”(1995:28).
2. Macam metode
Dibawah ini akan diuraikan secara singkat metode-metode yang sampai saat ini masih banyak digunakan dalam proses belajar mengajar :
a. metode ceramah
Menurut Alipandie “Metode ini banyak dipakai hampir dalam segala kegiatan baik di sekolah, kursus-kursus atau penataran karena dianggap cara yang paling baik bagi seorang guru atau pelatih untuk menyajikan secara lisan tantang informasi suatu mata pelajaran” (1984:75).
Menurut Sudjana “Ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan”. (1987:77)
Menurut Ahmadi “Metode ceramah ialah suatu metode didalam pendidikan dan pengajaran di mana cara penyampaian pengertian-pengertian materi pengajaran kepada anak didik dilaksanakan dengan lisan oleh guru terhadap kelas”. (1986;110)
Dari ke tiga pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metode ceramah ialah :
“Sebuah bentuk interaksi melalu penerangan dan penuturan secara lisan oleh seorang guru terhadap kelas (muridnya). Dalam melaksanakan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu, seperti gambar atau tulisan, tetapi alat utama untuk berhubungan dengan para siswa adalah bahas lisan” (Mansyur,1995:107).
Peran siswa dalam metode ceramah adalah mendengarkan secara teliti serta mencatat pokok penting yang dikemukakan oleh guru.
Menurut Mansyur metode ceramah ini mempunyai beberapa kebaikan (nilai positif) antara lain adalah :
· “Guru dapat menguasai seluruh kelas, karena ketertiban kelas mudah di jaga.
· Organisasi kelas sederhana. Ini berarti guru tidak perlu mengadakan pengelompokan siswa. Guru sendiri di depan kelas sambil menyajaikan bahan, sedangkan siswa mendengar sambil mencatat.
· Dapat memberikan penjelasan yag sama kepada sejumlah siswa tentang bahan pelajaran yang sukar dan penting dalam waktu relatif siangkat.
· Hal-hal yang penting dan mendesak dapat segera disampaikan kepada para siswa.
· Melatih murid untuk menggunakan pendengarannya dengan baik serta menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat” (1996:108).
Metode ceramah ini menurut Alipandie mempunyai kelemahan-kelemahan antara laian adalah :
· “Guru sukar mengetahui sampai di mana batas kemampuan para murid dalam memahami bahan-bahan yang telah dibicarakan.
· Tidak jarang guru atau penceramah terlalau mengejar target sejumlah bahan yang banyak, sehingga pelaksannannya lebih bersifat pemompaan.
· Para murid lebih cenderung bersikap pasif dan menganggap segala yang diceramahkan itu benar sehingga dengan demikian bentuk pelajaran manjadi verbalisme.
· Mungkin sekali para murid kurang tepat dalam mengambil kesimpulan sehingga berlaianan dari apa yang dimaksud oleh guru.
· Apabila guru atau penceramah tidak memperhatikan segi-segi psikologis dan didaktis, pembicaraan dapat melantur dan bertele-tele sehingga membosankan bagi para murid. Atau dapat pula inti ceramah menjadi kabur karena terlalu banyak humor dalm membangkitkan minat dan perhatian anak yang terlalu berlebih-lebihan” (1984:77)
Agar metode demonstrasi ini berjalan efektif menurut Ahmadi, perlu adanya persiapan sebagai berikut :
· Bahan pelajaran harus disesuaikan dengan taraf kejiwaan anak didik, lingkungan sosial serta lingkungan kebudayaan
· Bahasa supaya diperhatikan : ucapan, tempo, melodi, ratme dan dinamikanya
· Sikap dan cara berdiri guru sebagai penceramah harus menimbulkan perasaan simpatik
· Dalam memberikan pelajaran supaya diadakan variasi : tanya jawab, audio visual dan sebagainya.(1985:113)
b. Metode Tanya Jawab
Menurut Nana Sudjana dalam bukunya yang berjudul dasar-dasar proses belajar mengajar menjelaskan bahwa: metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa (1987:78).
Mansyur menjelaskan yang di maksud metode tanya jawab dalam mengajar dan belajar adalah menggunakan pertanyaan sebagai stimulasi dan jawaban-jawabannya merupakan pengarahan dalam aktifitas belajar murid-murid (1995:109)
Dari pengertian-pengertian diatas menurut Ahmadi metode tanya jawab ialah “suatu metode di dalam pendidikan dan pengajaran di mana guru bertanya sedangkan murid-murid menjawab tentang bahan materi yang ingin diperolehnya” (1985:113).
Menurut Alipandie ada beberapa kebaiakan dari metode tanya jawab antara lain :
· Situasi kelas lebih hidup karena para murid aktif berfikir dan menyampaikan buah pikirannya melalui jawaban-jawabannya atas pertanyaan guru.
· Sangat positif untuk melatih anak agar berani mengemukakan pendapat dengan lisan secara teratur.
· Timbulnya perbedaan pendapat di antara para murid, membawa kelas pada situasi diskusi yang baik.
· Murid yang biasanya segan mencurahkan perhatian, menjadi lebih berhati-hati dan secara sungguh-sungguh mengikuti pelajaran.
· Sekalipun pelajara berjalan agak lamban tetapi guru dapat melakukan kontrol terhadap pemahaman dan pengertian murid tentang masalah yang dibicarakannya (1984:79)
Di samping kebaikan-kebakan yang telah diuraikan di atas, menurut Ahmadi metode tanya jawab juga mempunyai kelemahan-kelemahan, antara lain ;
· Apabila terjadi perbedaan pendapat akan banyak waktu untuk menyelesaikannya.
· Kemungkinan akan terjadi penyimpangan perhatian anak didik, terutama apabila terdapat jawaban-jawaban yang kebetulan menarik perhatiannya. Tetapi bukan sasarannya yang dituju.
· Dapat menghambat cara berpikir, apabila guru kurang pandai dalam membawanya.
· Situasi persaingan bisa timbul, apabila guru kurang menguasai teknik pemakaian metode ini (1989:114)
Menurut Mansyur untuk mengatasi kelemahan-kelemahan metode tanya jawab, dapat dilakukan usaha-usaha sebagai berikut
· Guru perlu meyusun keseluruhan pertanyaan yang akan diajukan oleh guru dan juga pertanyaan-pertanyaan siswa. Dengan demikian guru mempunyai gambaran tentang keseluruhan pertanyaan tersebut. Ini dapat pula dijadikan pegangan agar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mencakup seluruh bahan pelajaran. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru ataupun murid perlu memahami syarat-syarat berikut :
1. Pertanyaan yang diajukan haruslah jelas, baik materi yang ditanyakan, maupun susunan bahasanya.
2. Pertanyaan yang diajukan perlu sederhana, sesuai dengan tingkat umur dan kematangan murid.
3. Pertanyaan yang diajukan perlu memberikan rangsangan kepada murid untuk memikirkan jawabannya.
4. Pertanyaan yang diajukan hendaknyamempunyai jawaban yang pasti.
· Diusahakan agar pertanyaan-pertanyaan yang diberikan tidak menyimpang dari masalah atau pokok pembicaraan (1996:110).
c. Metode Diskusi
Dalam buku modul materi pokok strategi belajar mengajar mansyur mengarikan “Diskusi adalah percakapan ilmiah yang berisikan pertukaran pendapat, memunculkan ide-ide serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu untuk mencapai kebenaran (1995:111).
Menurut Ahmadi “Diskusi ialah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil kesimpulan. Diskusi ini tidak sama dengan debat, diskusi selalu diarahkan kepada pemecahan masalah yang menimbulkan berbagai macam pendapat, dan akhirnya diambil suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh anggota dalam kelompoknya. (1985:114)
Dari kedua pendapat di atas Alipandie menyimpulkan bahwa yang dinamakan metode diskusi ialah “cara mengajar dengan jalan mendiskusikan suatu topik mata pelajaran tertentu, sehingga menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku murid. Dalam metode ini semua anak diikut sertakan secara aktif untuk mencari pemecahan tentang popik tersebut” (1984:81).
Seperti juga dengan metode lain, metode diskusipun mempunyai kebaikan-kebaikan (nilai positif) menurut Alipandie. Kebaikan-kebaikan itu antara lain adalah :
· Suasana kelassangat hidup sebab anak-anak sepenuhnya mengarahkan perhatian dan pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan. Partisipasi anak, baik perorangan maupun seluruh kelas lebih meningkat.
· Dapat mempertinggi prestasi kepribadian individu seperti : semangat toleransi, jiwa demokratis, kritis dan berfikir, tekun sabar dan sebagainya.
· Hasil-hasil diskusi mudah difahami dan dilaksanakan bersama karena anak-anak ikut serta secara aktif dalam pembahasan sampai kepada suatu kesimpulan.
· Anak-anak dilatih mematuhi peraturan-peraturan dan tata-tertib dalam suatu diskusi sebagai pengalaman berharga bagi kehidupan sesungguhnya kelak dimasyarakat (1984:83).
Disamping kebaiakan-kebaikan yang telah dikemukakan di atas, Ahmadi berpendapat metode diskusi tidak luput dari kelemahan-kelemahan, seperti :
· Kemungkinan ada anak yang tiadak ikut aktif, segingga bagi anak-anak ini diskusi merupakan kesempatan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab.
· Sulit menduga hasil yang akan dicapai, karena waktu yang akan dipergunakan untuk diskusi cukup panjang (1985:117)
Ada beberapa cara yang dapat diupayakan untuk mengatasi kelemahan metode diskusi, antara lain :
· Dalam menggunakan metode diskusi perhatikan persaratan berikut :
1. Taraf kemampuan murid
2. Tingkat kesukaran yang memerlukan pemecahan yang serius agar disiplin langsung oleh guru.
· Kalau pimpinan diskusi itu diberikan kepada murid, hendaknya diatur secara bergiliran.
· Guru tak boleh sepenuhnya mempercayakan pimpinan diskusi pada murid. Perlu bimbingan dan kontrol.
· Guru mengusahakan seluruh murid ikut berpartisipasi dalam diskusi.
· Diusahakan supaya murid mendapat giliran berbicara dan murid lain belajar bersabar mendengarkan pendapat temannya (Mansur, 1995:113).
d. Metode Pemberian Tugas
Dalam bukunya Alipandie yang berjudul didaktik metodik pendidikan umum menjelaskan bahwa : Metode pemberian tugas bisa juga disebut metode pekerjaan rumah (PR), yaitu cara mengajar yang dilakukan guru dengan jalan memberikan tugas khusus kepada para murid untuk mengerjakan suatu di luar jam pelajaran. (1984:91)
Menurut Ahmadi, metode pemberian tugas sering disebut metode pekerjaan rumah yaitu metode di mana murid diberi tugas khusus diluar jam pelajran. (1985:118)
Dari kedua pendapat diatas Mansyur menjelaskan bahwa “metode pemberian tugas adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberika tugas tertentu agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggung jawabkannya. Tugas yang diberikan oleh guru dapat memperdalam bahan pelajaran, dapat pula mengecek bahan pelajaran yang telah dipelajari” (1995:121).
Menurut Ahmadi “Dalam pelaksanaan metode ini anak-anak dapat mengerjakan tugasnya tidak hanya dirumah atau asrama, mungkin di perpustakaan, di laboratorium, di kebun percobaan, dan sebagainya untuk dipertanggung jawabkan kepada guru” (1985:118).
Menurut Alipandie Metode pemberian tugas ini mempunyai beberapa kelebihan, antara lain :
· Anak-anak menjadi terbiasa mengisi waktu senggangnya dengan hal-hal yang konstruktif.
· Memupuk rasa tanggung jawab dan harga diri atas segala tugas yang dikerjakan, sebab metode ini sekaligus juga mengharuskan murid untuk mempertanggung jawabkan hasil pekerjaannya kepada guru
· Melatih anak berfikir kritis, tekun, giat, dan rajin belajar.
· Pengetahuan yang diperoleh anak dari hasil belajar, akan lebih mendalam dan lama tersimpan dalam ingatan (1984:92).
Beberapa kelemahan dari metode pemberian tugas ini menurut Ahmadi adalah sebagai berikut :
· Sering sekali tugas di rumah itu dikerjakan oleh orang lain sehingga anak tidak tahu menahu pekerjaan tersebut
· Sulit untuk memberikan tugas karena perbedaan individu anak-anak dalam kemampuan.
· Sering sekali anak-anak tidak mengerjakan tugas dengan baik, cukup menyalin hasil pekerjaan orang lain.
· Apabila tugas itu terlalu banyak atau berat, akan mengganggu keseimbangan mental anak (1965:119).
Dari beberapa pendapat diatas menurut Mansyur pada beberapa cara mengatasi kelemahan-kelemahan dari metode pemberian tugas ini antara lain :
· Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya jelas, sehingga mereka mengerti apa yang harus dikerjakan.
· Tugas yang diberikan kepada siswa dengan memperlihatkan perbedaan individu masing-masing.
· Waktu untuk menyelesaikan tugas harus cukup.
· Adakah kontrol atau pengawasan yang sistematis atas tugas yang diberikan sehingga mendorong siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
· Tugas yang diberikan hendaklah mempertimbangkan :
1. Menarik minat dan perhatian siswa
2. Mendorong siswa untuk mencari, menjalani dan menyampaikan.
3. Diusahakan tugas itu bersifat praktis dan ilmiah
4. Bahan pelajaran yang ditugaskan agar diambilkan dari hal- hal yang sudah dikenal siswa (1995:122)
e. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode yang paling sederhana dibanding metode-metode mengajar yang lain menurut nana sudjana yang diaksud deonstrasi ialah “suatu metode mengajar yang meperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu. (1987:83)
Sedangkan menurut Ahmadi yang dimaksud metode demonstarasi adalah metode mengajar dimana guru atau orang lain yang mengajar diminta atau murid sendiri meperhatikan pada seluruh kelas suatu proses pembelajaran. (1985:120)
Dari uraian diatas dapat Mansyur menarik kesimpulan, bahwa yang diaksud metode demonstrasi ialah
“metode yang dipergunakan oleh seorang guru atau orang luar yang sengaja didatangkan atau murid sekalipun untuk mempertunjukkan gerakan-gerakan atau suatu proses dengan prosedur yang benar disertai keterangan- keterangan kepada seluruh kelas. Murid engamati dengan teliti dan seksama serta dengan penuh perhatian dan partisipasi” (1995:113).
Menurut Ahmadi metode demonstrasi mempunyai kebaikan-kebaikan antara lain :
· Perhatian anak akan terpusat kepada apa yang didemonstrasikan dan memberikan kemungkinan berpikir lebih kritis.
· Memberi pengalaman praktis yang dapat membentuk perasaan dan kemauan anak.
· Akan mengurangi kesalahan dalam mengambil kesimpulan, karena anak mengamati langsung terhadap suatu proses.
· Dengan metode ini sekaligus masalah-masalah yang mungkin timbul dalam hati anak-anak dapat dijawab (1985:120)
Menurut Mansyur, Metode demonstrasi mempunyai beberapa kelemahan, antara lain sebagai berikut :
· Untuk mengadakan demostrasi diperlukan alat-alat yang khusus. Kadang-kadang alat itu sukar didapat. Demostrasi merupakan metode yang tak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati secara seksama.
· Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak diabaikan oleh murid-murid.
· Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas.
· Memerlukan banyak waktu. Sedangkan hasil kadang-kadang sangat minim.
· Kadang-kadang proses yang didemonstrasikan di dalam kelas akan berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau sebenarnya.
· Agar demonstrasi dapat hasil yang baik diperlukan keletihan dan kesabaran. Kadang-kadang keletihan dan kesadaran itu diabaikan, sehingga apa yang diharapkan tidak tercapai sebagaimana mestinya.
· Menetapkan garis-garis dasar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan. Dan sebaiknya sebelum didemonstrasikan itu dimulai, guru telah mengadakan uji coba (try out) supaya kelak dalam melaksanakannya tepat dan secara otomatis (1995).
Agar metode demonstrasi ini berjalan efektif menurut Alipandie, perlu adanya persiapan sebagai berikut :
· Merumuskan tujuan yang hendak dicapai berupa kecakapan serta keterampilan para murid setelah didemonstrasi itu berakhir, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Apakah metode ini sudah tepat penerapannya untuk mencapai tujuan itu.
2. Apakah sarana peralatannya cukup tersedia dan telah di uji kemampuannya untuk dipakai
· Merencanakan secara matang langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan
· Memperhitungkan waktu yang tersedia
· Menetapkan rencana untuk menilai hasil-hasil demonstrasi yang telah dicapai (1984:90).
f. Metode kerja kelompok
Sebelum disebutkan beberapa kelebihan dan kekurangannya metode ini terlebih dahulu akan dijelaskan tentang pengertian metode kerja kelompok :
Menurut alipandie Metode kerja kelompok ialah cara mengajar yang dilakukan oleh guru dengan jalan membentuk kelompokkerja dari kumpulan dari beberapa orang murid untuk mencapai suatu tujuan pelajaran tertentu secara gotong royong (1984:93).
Menurut Mansyur, Istilah kerja kelompok dipakai untuk merangkum pengertian di mana anak didik dalm satu kelompok dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri, untuk mencapai satu tujuan pelajaran yang tertentu dengan bergotong royong. (1995:118)
Dari kedua pendapat Ahmadi menyimpulkan bahwa metode kerja kelompok dalam rangka pendidikan dan pengajaran ialah kelompok dari kumpulan beberapa individu yang bersifat paedagogis yang di dalamnya terdapat adanya hubungan timbal balikantara individu serta saling percaya mempercayai (1985:121)
Menurut Ahmadi ada beberapa kebaikan (segi positif) dari metode kerja kelompok, antara lain adalah :
· Ditinjau dari segi ilmu jiwa, kegiatan kelompok murid-murid akan meningkatkan kualitas kepribadian : kerjasam , toleransi, kritis, disiplin dan sebagainya.
· Ditinjau dari segi pendidikan, akan timbul persaingan yang positif, karena anak akan lebih ingat kerja dalam kelompok masing-masing
· Ditinjau dari regi didaktif, bahwa anak-anak yang pandai dalam kelompoknya dapat membantu tenaga memenangkan “kompetisi” antar kelompok. (1985:122)
Alipandie berpendapat disamping kebaikannya metode kelompok ini mempunyai pula kelemahan-kelemahan. antara lain ialah :
· Metode ini memerlukan persiapan-persiapan yang agak rumit bila dibanding dengan metode-metode yang lain
· Bila mana terjadi persaingan yang negatif baik antar individu dalam kelompok maupun antar kelompok dengan kelompok, maka hasilnya akan lebih buruk.
· Bila terdapat anak-anak pemalas atau anak-anak yang ingin berkuasa dalam kelompok, besar kemungkinan akan mempengaruhi peranan kelompok sehingga usaha kelompok tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. (1984:95).
Kelemahan-kelemahan yang melekat dan yang akan ditemui dalam metode ini, bukanlah berarti untuk melemahkan penggunaanya, melainkan agar dapat diambil langkah-langkah buat mengatasinya. Menurut Mansyur Langkah-langkah untuk mengatasi itu adalah sebagai berikut:
· Guru haruslah berusaha memperoleh pengamatan yang luas dalam hal cara menyusun kelompok, baik melalui buku atau dengan bertanya kepada mereka yang telah berpengalaman
· Kumpulkan data tentang siswa untuk menunjang tugas-tugas guru. mengetahuin adakah ada klik atau ada murid yang terisolasi
· Bimbingan terhadap kelompok harus dilakukan terus-menerus
· Usahakan agar jumlah kelompok itu tidak terlalu besar dan anggotanya dalam waktu tertentu berganti-ganti
· Dalam memberikan motivasi haruslah menuju kepada kompetisi yang sehat (1995:118).
g. Metode Karyawisata
Dari beberapa metode yang sudah disebut diatas metode karyawisata juga cocok digunakan dalam kegiatan proses belajar mengajar seperti yang dijelaskan oleh Alipandie:
Metode karyawisata ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan jalan mengajak para murid keluar kelas mengunjungi suatu tempat untuk menyelidiki atau mempelajari hal tertentu, di bawah bimbingan guru (1984:98).
Menurut Mulyasa Karyawisata merupakan suatu perjalanan atau pesiar yang dilakukan ole peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Terutama pengalaman langsung dan merupakan bagian internal dari kurikulum sekolah. (2008:111)
Nenurut Mansyur dari kedua pendapat diatas jelas bahwa metode karyawisata dapat diartikan sebagai “metode belajar-mengajar, anak didik di bawah bimbingn guru mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan maksud untuk belajar” (1995:116).
Menurut Alipandie metode karyawisata mempunyai beberapa kebaikan, antara lain :
· Dapat memberi kepuasan terhadap para murid sebab banyakmelihat kenyataan-kenyataan dan obyek yang dituju di samping keindahan alam sekitar di luar sekolah sehingga merupakan pengalaman yang sangat berkesan yang tidak mudah dilupakan.
· Apabila karyawisata dapat berjalan secara efektif maka segala pengetahuan luar yang diperoleh para murid melalui pengamatan langsung itu akan mempertinggi prestasi kepribadian mereka, bersikap terbuka, obyektif serta pandangan yang jauh ke depan.
· Melalui karyawisata para murid dapat memperoleh tambahan pengalaman berharga, sehingga dengan demikian guru akan lebih mudah menerangkan segala sesuatu mancapai tujuan pelajaran yang telah ditetapkan
· Para murid dapat mempelajari sesuatu cara integral dan koprehensif. (1984:99)
Adapun menurut Ahmadi kelemahan-kelemahan dari metode karya wisata ini sebagai berikut :
· Apabila obyek karyawisata tidak cocok untuk mencapai tujuan
· Waktu yang tersedia tidak mencukupi
· Pembayaran karyawisata merupakan beban tambahan anak, sehingga memberatkan bagi anak-anak yang orang tuanya tidak mampu (1985:125).
Menurut Mansyur adapun cara yang tepat digunakan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan metode karya wisata, yaitu antara lain :
· Perlu merumuskan tujuan-tujuan yang jelas dan tegas
· Buatlah rumusan perencanaan yang konkrit.
· Menentukan tugas-tugas yang harus dilakukan sewaktu dan sesudah pelaksanaan karya wisata.
· Rencana penilaian pengalaman-pengalaman dan hasil karya wisata.
· Rencana selanjutnya sebagai kelanjutan pengalaman hasil karyawisata (1995:117).
B. Motivasi Belajar
1. Pengertian motivasi
Sebelum membahas macam-macam motivasi terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian motivasi, sebagai berikut :
Menurut MC Donal yang dikutip Hamalik, motivasi adalah” perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan”. Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak, sehingga ia mau melakukan belajar” (2004:158).
Motivasi dapat timbul dari dalam individu dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar dirinya. Hal ini akan diuraikan sebagai berikut:
2. Macam motivasi
Dalam sekripsi ini akan dijelaskan dua macam motivasi seperti yang disebutkan mansyur “motivasi itu ada dua macam, yaitu motivasi instrik dan motivasi ekstrik” (1995:65)
a. Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud motivasi intrinsik menurut Sudirman adalah “Motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan” (2005:89).
Perlu ketahui siswa yang memiliki motivasi instrinsik akan memiliki tujuan:
· Menjadi orang yang terdidik
· Berpengetehuan
· Ahli dalam bidang studi tertentu
b. Motivasi Ekstrinsik
Menurut Sardiman motivasi ekstrinsik adalah “Motif-motif yang aktif dan berfungsi karena ada rangsangan dari luar” (2005:90). Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari pengaruh luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain, sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukansesuatu atau belajar.
Menurut Usman ada beberapa cara untuk membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi instrinsik:
· Kompetisi (persaingan)
· Pace making (membuat tujuan sementara atau dekat)
· Tujuan yang jelas
· Kesempatan yang sukses
· Minat yang besar
· Mengadakan penilaian atau tes” (2003:54)
3. Cara membangkitkan motivasi siswa
Untuk meningkatkan motivasi siswa, guru hendaknya berusaha dengan berbagai cara, baik melalui motivasi instrinsik maupun ekstrinsik. Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, yakni sebagai berikut:
1. Memberi Angka
Menurut Sudirman “Angka dalam hal ini memberi simbol dari nilai kegiatan belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik, sehingga siswa yang biasanya dikerjakan adalah nilai ulangan atau nilai-nailai pada rapot angkanya baik-baik” (2005:92)
Menurut Hamalik “Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat lkuat. Umumnya setiap ingin mengetahui pekerjaannya, yakni berupa agka yang diberikan oleh guru. Sebaliknya murod yang mendapat angka kurang, mungkin menimbulkan frustasi atau juga dapat menjadi pendorong agar belajar lebih baik” (2004:166).
Namun demikian semua itu harus di ingat oleh guru bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna.
2. Memberi Hadiah
Menurut Djamarah “hadiah adalah memberikan kepada orang lain sebagai penghargaan atau kenang-kenangan /cenderamata” (2002:196).
“Cara ini dapat juga dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu, misalnya pemberian hadiah pada akhir tahun kepada para siswa yang mendapat atau menunjukkan hasil belajar yang baik, memberikan hadiah bagi para pemenang sayebara atau pertandingan olah raga”. (Hamalik, 2004:167)
“Jadi yang dimaksud disini adalah suatu pemberian berupa kenang-kenangan kepada anak didik yang berprestasi. Hadiah ini akan dapat menambah atau meningkatkan semangat (motivasi) belajar siswa karena akan dianggap sebagai suatu penghargaan yang sangat berharga bagi siswa” http://www.sarjanaku.com/2011/05/motivasi-belajar-siswa.html (di akses 14, 04: 2012).
3. Mengadakan Persaingan
Dalam buku interaksi dan motivasi belajar mengajar yang ditulis sardiman dijelaskan bahwa “Persaingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar sisiwa. “pesaingan baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa” (2005:93). Hanya saja persaingan individual akan menimbulkan pengaruh yang tidak baik, seperti: rusaknya hubungan persahabatan, perkelahian, pertentangan dan persaingan antara kelompok belajar. Unsur persaingan banyak dimanfaatkan di dalam dunia industri atau perdagangan, tetapi justru sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa.
Persaingan merupakan insentif pada kondisi-kondisi tertentu, tetapi dapat merusak pada kondisi yang lain. Dalam kompetisi harus mengandung satu tingkat kesamaan dalam sifat-sifat para anggota.
4. Memberikan Ulangan
“Ulangan adalah strategi yang paling penting untuk menguji hasil pengajaran dan juga memberikan motivasi belajar kepada siswa untuk mengulangi pelajaran yang telah disampaikan dan diberikan guru” http://www.sarjanaku.com/2011/05/motivasi-belajar-siswa.html (diakses 14, 04 : 2012)
“Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui kalau akan ada ulang. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi, tetapi yang harus diingat oleh guru adalah janganterlalu sering, (misalnya setiap hari), karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru harus terbuka, maksudnya kalau akan ada ulangan harus diberitahukan dulu kepada siswa” (Sardiman, 2005:93).
5. Memberikan Pujian
Menurut Sardiman pujian adalah “bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus memberikan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekalikus akan membangkitkan harga diri” (2005:94).
“Pemberian pujian kepada murid atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil, besar manfaatnya sebagai pendorong belajar. Pujian juga menimbulkan rasa puas dan senang” (Hamalik, 2004:167).
C. Korelasi Antara Metode Mengajar Guru Dengan Motivasi Belajar Siswa
Dalam melaksanakan tugasnya secara profesional, guru memerlukan wawasan yang mantap dan untuk tentang kegiatan belajar-mengajar. Seorang guru harus mengetahui dan memiliki gamberan secara menyeluruh mengenai bagaimana proses belajar mengajar itu terjadi serta langkah-langkah apa yang perlu digunakan sehingga tugas-tugas keguruannya bisa dilakukan dengan baik dan memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Oleh karanaitu tugas guru menurut mansyur adalah mengusahakan penggunaan metode yang lebih baik yaitu metode yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,materi yang diajarkan sesuai dengan kemampuan siswa dan kemampuan guru, sesuai juga dengan waktu yang tersedia dan sasaran yang ada (1995:34)
Menurut Djamarah ketika tijuan dirumuskan, agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus sesuai dengan tujuan antara metode dan tujuan jangan bertolak belakang. Artinya, metode harus menunjang pencapaian tujuan pengajaran (2010;75)
Menurut djamarah dan zain, metode menempati peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar. Tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pegajaran. Ini berarti guru memahami benar kedudukan metude sebagai alat mutivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar.(2010:73)
Menurut djamarah motovasi ekstrinsik ini diberikan bisa dalam bentuk pengajaran, pujian, hadiah dan lain sebagainya. Tugas guru sekarang adalah bagaimana menciptakan interaksi edukatif yang dapat mendorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri, dan igin maju dari anak didik tubuh dan berkembang, yang pada akhirnya menumpang keberhasilannya pengajaran yang gemilang (2000:64)
Dari penjelasan diatas dapat jelaskan bahwa agar tercapainya proses belajar mengajar yang efektif dan efesien, guru dituntut mengengunakan metode yang bervariasi agar mutivasi belajar siswa menjadi meningkat.
D. Hipotesis/ Hipotesa
Arti katanya hipotesis memang berasal dari pangbilan kata “hypo” yang artinya “dibawah “tesa” yang artinya “kebenaran” jadi hipotesis yang kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan ejaan bagasa Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis (Arikanto, 1997:64).
“Hipotesis penelitian adalah pernyataan sementara terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan. Hipotesis diajukan dalm bentuk pernyataan yang berisi dua kemunkinan ramalan. Hipotesis yang menyatakan kesesuaian dengan ramalan tersebut hipotesis Alternatif (Ha), sedangkan hipotesis yang tidak sesuai dengan ramalan disebut hipotesis Nol (Ho)”.(Panduan Sekripsi Staida, 2012:13).
1. Hipotesis nol (Ho)
a. Guru belum menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar jawahirul maknun kelas I B Ulya putra daur awal Madrasah Diniyyah Al Amiriyyah Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Tegalsari Banyuwangi Tahun Ajaran 2011/2012 sangat negatif.
b. Motivasi belajar siswa dalam pelajaran jawahirul maknun kelas I B Ulya putra daur awal Madrasah Diniyyah Al Amiriyyah Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Tegalsari Banyuwangi Tahun Ajaran 2011/2012 sangat rendah.
c. Tidak ada korelasi antara metode mengajar guru dengan motivasi belajar siswa dalam pelajaran jawahirul maknun kelas I B Ulya putra daur Awal Madrasah Diniyyah Al Amiriyyah Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Tegalsari Banyuwangi Tahun Ajaran 2011/2012
2. Hipotesis alternatif (Ha)
a. Guru sudah menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar jawahirul maknun kelas I B Ulya putra daur awal Madrasah Diniyyah Al Amiriyyah Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Tegalsari Banyuwangi Tahun Ajaran 2011/2012
b. Motivasi belajar siswa dalam pelajaran jawahirul maknun kelas I B Ulya putra daur awal Madrasah Diniyyah Al Amiriyyah Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Tegalsari Banyuwangi Tahun Ajaran 2011/2012 Sangat tinggi.
c. Ada korelasi antara metode mengajar guru dengan motivasi belajar siswa dalam pelajaran jawahirul maknun kelas I B Ulya putra daur awal Madrasah Diniyyah Al Amiriyyah Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Tegalsari Banyuwangi Tahun Ajaran 2011/2012
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti entang ada tidaknya korelasi antara metode mengajar guru dengan motivasi balajar siswa dalam pelajaran jawahirul maknun kelas IB ulya putra daur awal madrasah diniyyah al amiriyyah pondok pesantren darussalam blokagung tegalsari banyuwangi tahun ajaran 2011/2012. Sesuai dengan judul tersebut, maka jenis penelitian yang digunakan adalah desain penelitian diskriptif kuantitatif. Dimana penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara 2 variabel, yakni variabel metode mengajar guru dengan motivasi belajar siswa dengan cara malakukan pengolahan data teknik analisis data.
B. Rancangan Penelitian
Sebelum kegiatan penelitian dilakukan, terlebih dahulu perlu di buat rancangan langkah-langkah penelitian yang akan di tempuh, karena pengumpulan data yang efesien hanya mungkan di lakukan bila peneliti mengerti betul pokok permasalahan yang menjadi obyek penelitian. Rancangan langkah-langkah penelitian ini merupakan pedoman dalam kegiatan penelitian guna mendapatkan data yang efesien, terarah dan ekonomis.
Menurut margono “Rancangan penelitian merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan matang tentang hal-hal yang akan di lakukan. Ia merupakan landasan berpijak, serta dapat pula di jadikan dasar penilaian baik oleh peneliti itu sendiri maupun orang lain terhadap kegiatan penelitian”. (2004:100)
Selanjutnya menurut suharsimi Arikanto,“langkah-langkah kenelitian yang lebih menitik beratkan pada kegiatan administratif ada tiga, yaitu:
1. Pembuatan rancangan penelitian
2. Pelaksanaan penelitian I
3. Pembuatan laporan penelitian”.( 2002:20)
Adapun rancangan langkah-langkah penelitian menurut suharsimi Arikanto sebagai berikut:
1. Memilih masalah
2. Studi pendahuluan
3. Merumuskan masalah
4. Merumuskan anggapan dasar (hipotesis)
5. Memilih pendekatan
6. Menentukan variabel dan sumber data
7. Menentukan dan menyusun instrumen
8. Mengumpulkan data
9. Analisis data
10. Menarik kesimpulan
11. Menulis laporan
Langkah ke-1 sampai dengan ke-6 mengisi kegiatan pembuatan rancangan penelitian, langkah ke-7 sampai langkah ke-10 merupakan pelaksanaan penelitian, langkah terakhir sama dengan pembuatan laporan”.(2002:20)
Sedangkan menurut margono rancangan langkah-langkah penelitian meliputi:
1. Masalah
2. Bentuk atau jenis data yang dilakukan
3. Tujuan penelitian
4. Kepentingan penelitian
5. Masalah samping
6. Maalah jadwal kegiatan
7. Masalah organisasi kegiatan dan alokasi biaya
8. Hipotesis penelitian
9. Teknik pengumpulan data
10. Teknik pengolahan data
11. Pola dan sistematik laporan.(2004:101)
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Menurut suharsimi Arikanto menjelaskan tentang populasi sebagai berikut: “populasi adalah keseluruhan subyek penelitian, maka penelitianya merupakan penelitian populasi.”( 2002;108).
Sedamgkan menurut margono “populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan” (2010:18).
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat ditegaskan bahwa yang dimaksud poulasi adalah semua individu yang dijadikan obyek penelitian.
2. Sampel
Menurut margono ”Sampel adalah sebagai bagian cintoh (monser) yang diambil dengan cara-cara tertentu.”( 2010:121).
Sugiono berpendapat bahwa “sampel adalah bagian dan jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.”(2007:56).
Sedangkan menurut Amirul Hadi dan Haryono “sampel yang baik adalah sampel yang memiliki populasi atau yang representatif, artinya yang menggambarkan keadaan populasi atau mencerminkan populasi secara maksimal walaupul mewakili sampel bukan merupakan duplikat dari populasi”.(Amirul hadi dan Haryono 2005:195).
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat ditegaskan bahwa yang dimaksud Sampel adalah bagian atau wakil populasi yang diteliti. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa peserta didik kelas IB Ulya Putra Daur Awal Madrasah Diniyyah Al Amiriyyah Pondik Pesantren Darussalam Blokagung Tegalsari Banyuwangi Tahun Ajaran 2011/2012.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Di dalam pengertian psikologik menurut Arikunto, observasi atau yan disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi pengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap.”( 2002:133).
Menurut Margono dalam buku metodologi penelitian pendidikan “observasi diartikan sebagai pengamatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian”.(2010:158)
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa observasi adalah metode atau cara dipergunakan untuk memperoleh data dalam suatu penelitian, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Adapun data yang ingi diperoleh dengan metode observasi ini adalah sebagai berikut :
a. Data jumlah siswa yang akan dibuat penelitian
b. Data tenteng hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar
2. Wawan cara (interview).
Menurut Arikunto ” interview atau wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.”(2002:132)
Sedangkan menurut Margono “Interview adalah alat pengumpulan informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula”.( 2010:165)
Metode interview dalam penelitian ini sebagai metode penunjang terhadap data yang tidak diperoleh dengan jalan observasi, dengan teknik interview ini dapat ditanyakan secara jelas apa yang masih dipandang kurang jelas.
Adapun data yang ingi diperoleh dengan metode interview ini adalah sebagai berikut ;
a. Data sejarah madrasah diniyyah
b. Data yang berkaitan dengan metode mengajar guru dan motivasi belajar siswa.
c. Data yang berkaitan dengan metode mengajar guru dan motivasi belajar siswa.
3. Angket (kuesioner)
Menurut Arikunto “ Angket (kuesioner) adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dan responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia sendiri ketahui”( 2002:128)
Menurut Margono ”kuesioner merupakan suatu alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab secara tertulis pula oleh reskonden”(2010:167)
Dari pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa anket adalah suatu metode atau cara mengumpulkan data dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh responden baik secara langsung maupun tidak langsung.
Menurut Arikunto Angket (kuesioner) dipandang dari cara menjawab dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Kuesioner terbuka yaitu memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.
2) Kuesioner tertutup yaitu sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih (2002:128)
Metode angket ini dipergunakan dalam rangka menghemat waktu dan tenaga dimana setiap responden menerima pertanyaan yang sama serta bebes menjawabnya. Adapun dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner tertutup, jadi peneliti memberi pertanyaan tertulis pada responden dengan disertakan juga jawabanya.
Adapun data yang ingi diperoleh dengan metode angket ini adalah sebagai berikut :
a. Nilai hasil belajar siswa kelas I B Ulya putra
b. Data yang berkaitan dengan metode mengajar guru dan motivasi belajar siswa.
4. Dokumenter
Menurut Arikunto metode dokumenter adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, legger buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan lain sebagainya.(2002:135).
Metode ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang bersumber dari surat-surat atau bukti-bukti tertulis dan lain sebagainya yang ada dalam lembaga sekolah. Adapun data yang ingin diperoleh dalam penggunaan metode ini adalah :
1. Nilai hasil belajar siswa daur awal
2. Sejarah Madrasah Diniyyah
3. Struktur organisasi Madrasah Diniyyah
4. Personalia Madrasah Diniyyah
5. Daftar guru Diniyyah Al Amiriyyah
E. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto “Intrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Variasi jenis instrumen adalah: angket, ceklis atau daftar centang, pedoman wawancara, pedoman pengamatan” (2002:136)
“Metode penelitian menurut Arikunto adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Seperti sudah dijelaskan, variasi metode dimaksud adalah: angket, pengamatan atau opservasi, tes, dokumentasi”.(2002:136).
1. Jenis-jenis metode dan instrumen pengumpulan data
Adapun metode dan instrumen yang digunakan menurut Arikunto adalah sebagai berikut:
a. Instrumen untuk metode observasi adalah chek-list
b. Instrumen untuk metode angket atau kuesioner adalah angket atau kuesioner
c. Insturumen untuk metode interview adalah kuesioner (soal atau pertanyaan)
d. Instrumen untuk metode dokumenter adalah pedoman dokumentasi.(2002:126)
2. Alasan penentuan penggunaan instrumen menurut Margono:
a. Observasi
1) Banyak gejala yang hanya dapat di selidiki dengan observasi sehingga hasilnya akurat sulit di bantah
2) Banyak obyek yang hanya bersedia diambil datanya dengan observasi, misalnya karena terlalu sibuk dan kurang waktu untuk diwawancarai atau mengisi kuesioner
3) Kejadian yang serempak dapat diamati dan dicatat secara serempak pula dengan memperbanyak observasi.
4) Banyak kejadian yang dipandang kecil yang tidak dapat ditangkap oleh alat pengumpul data yang lain, ternyata sangat menentukan hasil penelitian justru diungkap oleh observasi.( 2010:164)
b. Angket /kuesioner
Menurut Anwar “Angket adalah pemeriksaan yang diadakan atas suatu hal yang merupakan kepentingan umum, biasanya dilakukan dengan jalan mengedarkan surat pertanyaan atau isian: daftar pertanyaan tertulis mengenai masalah tertentu dengan ruang untuk jawaban bagi setiap pertanyaan: pemeriksaan saksi-saksi di persidangan perkara perdata, baik yang diajukan oleh penggugat: penyelidikan oleh lembaga perwakilan rakyat terhadap kegiatan pemerintahaan”(2003:46).
Munurut pengertian Arikunto, angket yaitu:
1) Tidak memerlukan hadirnya peneliti
2) Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden
3) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatanya masing-masing dan menurut waktu senggang responden
4) Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak malu-malu menjawab
5) Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama. (2002:129)
c. Interview
Responden merasakan adanya kehangatan dan sikap simpatik, merasakan kebebasan untuk berbicara bahkan terangsang untuk berbicara.(Margono, 2010:165)
5. Dokumenter
Karena teknik ini berfungsi untuk menghimpun secara selektif bahan-bahan yang dipergunakan di dalam kerangka atau landasan teori, spenyusunan hipotesis secara tajam.(Margono, 2010:165)
3. Prosedur pengadaan instrumen
a. Perencanaan, meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel, kategori variabel.
b. Penulisan butir soal, atau item kuesioner, penyusunan skala, penyusunan pedoman wawancara.
c. Penyuntingan, yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman mengerjakan, surat pengantat, kunci jawaban dan lain-lain yang perlu.
d. Uji coba, baik dalam sekala kecil maupun besar.
e. Penganalisaan data, analisis item, melihat pola jawaban peninjauan saran-saran dan sebagainya.
f. Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik, dengan mendasarkan diri pada data yang diperoleh sewaktu uji coba.
F. Analisis Data
Pada penelitian ini, metode analisa data berguna untuk memecahkan masalah dalam penelitian.
Kemudian dalam penelitian ini menggunakan statistik sebagai metode analisa data. Dalam hal ini dijelaskan oleh Anas sudijono, bahwa “stastistik adalah data angka yang dapat memberikan gambaran” (1992:2)
Selanjutnya rumus yang digunakan dalam menganalisa data adalah rumus produc momen yakni sebagai berikut :
Keterangan:
Dalam memberikan inter prestasi cara sederhana terhadap angka indek korelasi “r” product moment (rxy) dipergunakan penafsiran sebagai berikut :
Tabel 3.1
Tabel interprestasi nilai r.
besarnya nilai r | inter prestasi |
0,800-1,00 0,600-0,800 0,400-0,600 0,200-0,400 0,000-0,200 | Tinggi Cukup Agak rendah Rendah Sangat rendah |
(Arikunto, 2002:245)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar